1. Daerah Asal
Tanaman Melon ( Cucumis melo, L )
merupakan tanaman buah, dari familia Cucurbitae. Pada abad ke 14 melon
dibawa ke Amerika oleh Columbus, sampai akhirmya tersebar keseluruh
penjuru dunia terutama di daerah tropis dan sub tropis termasuk
Indonesia, karena mudah beradaptasi dan dapat di tanam di dataran rendah
dan tinggi. Tanaman melon akan menghasilkan dengan mutu yang baik,
tergantung dari : keuletan, ketekunan, kesabaran serta modal yang
tersedia, karena melon memerlukan perawatan khusus sesuai selera
konsumen.
Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar dengan kandungan vitamin yang cukup tinggi.
2. Sentra Penanaman
Sebelum tahun 1980, buah melon masih
diimpor, kemudian dicoba untuk dibudidayakan di Cisarua (Bogor) dan
Kalianda (Lampung). Selanjutnya melon berkembang di daerah- daerah
termasuk eks karesidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali,
Karanganyar dan Klaten)
II. SYARAT TUMBUH
1. IKLIM
• Angin yang bertiup cukup kencang, dapat merusak pertanaman, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah bahkan batang tanaman.
• Hujan yang terus-menerus akan
menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan
kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pathogen. Saat melon
menjelang panen, hujan dapat mengurangi kadar gula dalam buah.
• Tanaman memerlukan suhu untuk
perkecambahan 250 – 350 C. Untuk pertumbuhan : 200 – 300 C. Saat proses
pemasakan buah 260 C pada siang hari, dan 160 C pada malam hari. Tanaman
tidak dapat tumbuh apabila suhu < 180 C. Sehingga tanaman memerlukan
sinar matahari penuh 10 – 12 jam / hari selama pertumbuhannya.
• Kelembaban udara secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan, pada kelembaban yang tinggi, tanaman melon
mudah diserang penyakit. Kelembaban yang ideal antara 70 % - 80 %.
2. Ketinggian Tempat
Tanaman melon dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian 300 – 900 meter dari permukaan laut.Ketinggian > 900
meter tidak berproduksi secara optimal..
3. Media Tanaman
• Tanah yang baik untuk budidaya melon
adalah liat berpasir yang kaya bahan organik, dengan drainase yang baik
pula, sebab tanaman tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Pada
dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak, tetapi sebaiknya air dari
irigasi, bukan dari air hujan.
• Tanah yang baik untuk tanaman melon adalah bekas tanaman padi, jagung dan tebu.
• Tidak baik ditanam pada tanah yang asam secara terus-menerus. Melon akan tumbuh baik pada pH 5,8 – 7,2
III. PERSIAPAN TANAM
1. Persemaian benih
a. Cara dan waktu penyemaian
• Benih yang akan disemaikan, direndam
air selama 2 – 4 jam. Kemudian benih disemaikan pada plasttik yang telah
diisi tanah yang elah dicampur pupuk kandang (5 : 1)
• Benih disemai dalam posisi tegak dan
ujung calon akarnya menghadap ke bawah, kemudian ditutup dengan campuran
abu sekam dan ttanah (2 : 1 )
• Untuk merangsang perkecambahan benih,
dengan menciptakan suasana hangat, maka tutuplah permukaan persemaian
dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul ke permukaan
media semai (biasanya hari ke-3 atau ke -4) maka karung goni dapat
segera dibuka.
b. Pembuatan media semai
• Pembuatan media semai dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 )
2. Pemeliharaan persemaian
Benih yang disemai dalam polybag akan
tumbuh menjadi calon bibit haruslah dipelihara agar menjadi bibit melon
yang kekar dan sehat.
a. Cara dan waktu penyiraman
• Bibit disiram setiap hari, untuk
penyiraman digunakan tangki semprot. Apabila daun sejatti keluar, baru
penyiraman dapat dilakukan dengan gembor.
• Saat cuaca panas, tanah dalam polybag kering, mak a penyiraman perlu dilakukan pada sore hari.
b. Penjarangan
• Tujuan penjarangan untuk menyiapkan bibit yang sehat dan kekar siap untuk ditanam.
• Penjarangn dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit di lapangan.
c. Pemupukan di persemaian
• Untuk pertumbuhan vegetatip, bibit
dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung nitrogen
tinggi, saat bibit umur 7 – 9 hari settelah sebar, dengan konsenrasi 1 –
1,5 gram /liter air. (cukup satu kali)
• Pupuk akar tidak perlu, karena madia semai telah cukup subur.
3. Pemindahan bibit
Bibit melon dipindahkan ke lahan apabila
sudah berdaun 4 – 5 helai atau bibit telah berumur 10 – 12 hari.
Caranya kantong plastik disilet dengan cutter, jangan sampai akarnya
rusak, tanah sedikit dipadatkan dengan dikepal ttanagn, terus bibit
ditanam pada bedengan.
4. Pengolahan media tanam / Pembukaan lahan
a. Pembajakan : lahan yang akan dibajak harus digenangi air, selama semalam, cukup sekali bajak dengan kedalaman 30 cm.
b. Setelah laahan dibajak semua, kemudian dibuat bedengan-bedengan tanam.
5. Pembuatan bedengan tanam
• Ukuran bedengan adalah : lebar (100 –
110 cm ), Tinggi (30 – 50 cm), Panjang maksimum (12 – 15 m ), lebar
parit/saaluran (55 – 65 cm).
• Pada musim hujan, tinggi bedengan 50
cm, agar perakaran tanaman tidak terndam air hujan, dan di musim kemarau
tinggi bedengan cukup 30 cm.
• Setelah bedengan jadi, taburlah pupuk kandang, pupuk kimia (Urea, SP-36, KCl) diaduk secara merata.
6. Pengapuran
• Sebelumnya dilakukan pengukuran pH dengan alat pH meter. Diambil 10 tittik sebagai sampel kemudian dihiung pH rata-rata.
• Setelah diperoleh pH ratta-rta dilakukan pengapuran dengan Dolomit ( MgCO30 atau kapur tanaman (CaCO3) dengan ukuran :
a. pH 5,4 : jumlah kapur 3,60 ton/ha
b. pH 5,6 : jumlah kapur 2,65 ton/ha
c. pH 6,1 – 6,4: jumlah kapur < 0,75 ton/ha
7. Pemasangan mulsa plastik hiam-perak (PHP)
• Sebelum pemasangan mulsa PHP, bedengan
diairi (dileb) agar tanahnya lunak. Pemasangan mulsa sebaiknya
dilakukan pada siang hari, agar plastik mudah ditarik dan merata.
• Caranya : warna perak di atas dan
warna hiam di bawah, diperlukan 2 orang untuk memasang satu bedengan.
Tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya
pada bedengan menggunkan penjepit mulsa dari tutus bambu agar lebih
kuat. Setelah kedua ujung mulsa
terkait, dengan cara bersamaan tariklah
mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan terus
dijepit dengan pasak tutus bambu.
• Setelah selesai pemasangan mulsa,
bedengan dibiarkan 3 – 5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuannya
agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia
bagi akar tanaman.
8. Pembuatan lubang tanam
Untuk membuat lubang tanam dengan
menggunakan alat khusus berdiameter + 8 cm, dibuat sedemikian rupa
hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi
mulsa dengan cepat. Sekaligus jarak lubang disesuaikan jarak tanam yaitu
70 x 60 atau 80 x 60 cm.
9. Cara penanaman
• Setelah bibit di persemaian berdaun 2 – 3 lembar, (umur + 15 hari) bibit siap ditanam.
• Untuk memudahkan penanaman, maka saluran antar bedengan diairi dahulu.
• Bibit dikeluarkan dari polybag dengan
disilet (catter) jangan sampai akarnya rusak, diletakkan pada lubang
yang telah ditugal, penanaman dilakukan dengan posisi + 2 cm lebih
dalam dari leher akar semula.
IV. PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dalam waktu 2
minggu setelah tanam, Dan dilakukan pada sore hari, selama 3 – 5 hari
karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman yang perlu
disulam. Bibit sulaman baru harus disiram air agar akarnya melekat.
2. Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa,
penyiangan dilakukan pada lubang tanam di antara dua bedengan. Gulma
yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan tanaman menjadi lembab,
sehingga merangsang adanya penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama
dan nematode yang merugikan.
3. Pemupukan
Pemupukan diberikan tiga kali yaitu :
pertama 20 hari setelah tanam, kedua 40 hari setelah tanam (ketika akan
melakukan penjarangan buah) ketiga 60 hari setelah tanam.
Dosis pupuknya sebagai berikut :
• Pupuk dasar :
Urea : 440 kg/ha
SP-26 : 120 kg/ha
KCl : 440 kg/ha
Pupuk kandang : 10 ton/ha
• Pupuk susulan I :
Urea : 330 kg/ha
SP-36 : 220 kg/ha
KCL : 160 kg/ha
• Pupuk susulan II
Urea : 220 kg/ha
SP-36 : 550 kg/ha
KCl : 160 kg/ha
• Pupuk susulan III
Urea : 440 kg/ha
4. Pengairan
• Tanaman melon menghendaki udara yang
kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan
dilakukan pada sore atau malam hari.
• Tanaman disiram sejak masa pertumbuhan
sampai tanaman akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air
membasahi daun dan buahnya, untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang
berasal dari percikan terutama jamur.
• Masa berbunga dan berbuah, penyiraman
dikurangi (+ 2 minggu), tetapi saluran air/got tidak boleh kering.
Mendekati pemetikan buah ( 2 minggu sebelum panen) siraman air
dihentikan.
5. Pemeliharaan lain
a. Pemasangan ajir
Tanaman melon mempunyai jumlah cabang antara 15 – 20. Maka setelah tanaman mengeluarkan sulur segera diberi ajir.
Ajir atau tongkat dari bilahan bambu,
untuk rambatan sulur kira-kira tingginya 50 cm. dipasang setelah
selesai membuat pembumbunan. Tinggi ajir 1,5 – 2 meter, dengan jarak 25
cm dari pinggir guludan kanan maupun kiri. Penancapannya agak menyilang
kedalam ( 2 ajir ditali) dan digapit kuat.
b. Pemangkasan
Setelah tanaman berdaun 7 – 8 helai
mulailah diadakan pemangkasan. Tunas yang tumbuh pada ketiak daun
pertama sampai kelima dipangkas.
Tunas yang tumbuh setelah ruas ke-8 dipangkas dengan tetap menyisakan 2 helai daun.
Bila batang utama sudah mencapai 20 –
25 ruas, lakukan pangkas pucuk. Waktu yang tepat untuk melakukan
pemangkasan adalah saat udara cerah dan kering.
c. Seleksi dan pembungkusan buah
Pelihara 3 – 4 calon buah pada setiap tanamaan, terutama yang tumbuh pada cabang ke 10 sampai ke 17.
Setelah calon buah sebesar telur ayam,
pilih 2 calon buah yang paling baik/bagus yaitu yang berbentuk bulat
agak lonjong, sedangkan sisanya dibuang .
Kemudian bungkuslah buah tersebut dengan kantong plastik transparan, agar tidak terserang hama lalat buah.
Bila buah sudah sebesar bola tenis, cabang buahnya diikat pada ajir dengan tali rafia.
V. HAMA DAN PENYAKIT
A. H a m a
1. Kutu Aphids (Aphis gossypii G )
• Ciri : hama ini mengeluarkan getah
cairan yang mengandung madu dan jika dilihat dari kejauhan mengkilat.
Aphids muda berwarna kuning, yang dewasa mempunyai sayap berwarna agak
kehitaman.
• Gejala serangan : daun menggulung dan pucuk tanamaan menjadi kering akibat cairan daun dihisapnya.
• Pengendalian : tanaman yang terserang
harus disemprot dengan insektisida yang berganti-ganti. Penyemprotan
dilakukan pagi hari, setiap 3 -5 hari sekali. (Insektisida Perfekthion
400 EC) konsentrasi sesuai petunjuk. Gulma sebagai inang hama harus
diberesihkan.
2. Thrips (thrips parvispinus K )
• Ciri : hama menyerang mulai fase
pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan, dan
thrips dewasa berwarna coklat kehitaman. Berkembang biak secara cepat
secara parthenogenesis. Biasanya serangan mengganas di musim kemarau.
• Gejala : daun-daun muda dan
tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan, tanaman
kerdil serta tiddak dapat membentuk buah secara normal.
• Pengendalian : dengan insektisida kontak 3 – 4 hari sekali
B. Penyakit
1. Layu bakteri
• Penyebab : bakteri Erwinia tracheiphila. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng.
• Gejala : daun dan cabang layu dan
terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mongering akhirnya
mati. Daun layu satu persatu, meskipun warnanyya tetap hijau, baru
tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang dipotong melintang, akan
mengluarkan lender putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik
seperti benang.
• Pengendalian : Benih direndam dalam
bakterisida Agrimycin (Oxytetracycline dan strepotomycin ) dengan
konsentrasi 1,2 gram/liter.
2. Penyakit busuk pangkal batang
• Penyebab : cendawan Mycopharkka melonis .
• Gejala : pangkal batang yang terserang
mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lender berwarna
coklat dan kemudian tanaman layu dan mati. Daun yang terserang akan
mongering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek
apabila diterpa angin.
• Pengendalian : Daun-daun yang
terserang dibersihkan, kemudian disemprot dengan fungisida Derasol 500
SC, konsentrasi 1 – 2 cc/liter air. Pagkal batang yang terserang dioles
dengan larutan fungisida Calixin 750 EC konsentrasi 5 cc/liter.
VI. P A N E N DAN PASCA PANEN
A. PANEN
Ciri-ciri atau tanda buah yang telah siap panen atau masak :
• Saat buah masak, warna kulit berubah dri hijau muda kekuning-kuningan atau tergantung jenisnya.
• Pada jenis yang ber-net, net telah penuh dan sempurna, aroma wangi dengan kematngan 90 %.
• Terbentuk lapisan pemisah pada tangkai buah atau cincin
• Sekitar tangkai dan kelopak mulai menguning, disekitar bila ditekan agak lunak.
• Biasanya buah melon dapat dipetik setelah umur 3 bulan setelah tanam, tergantung jenisnya, dan tinggi tempat.
B. Cara panen
• Potong tangkai buah melon dengan pisau tajam, sisakan minimal 2 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
• Tangkai dipotong berbentuk hurub “ T”
maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan
tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
• Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
C. Periode panen
• Seandainya dalam jangka waktu 3 – 5
bulan mendatang harga melon diramalkan akan jatuh, maka alernatif untuk
rotasi tanaman bekas melon untuk tanam cabai. Karena lahan yang tersedia
tidak perlu diubah, maka mulsa plastik dibuka dan pemupukan untuk cabe
dapat dilakukan.
• Bila dalam waktu 4 bulan berikutnya
ramalan harga melon akan meningkat, maka lahan bekas ditanami padi lebih
baik, karena dapat memutus siklus hama dan penyakit pada tanaman melon.
D. Pasca panen
• Buah melon yang telah dipanen
dikumpulkan pada suatu tempat yang kering, sejuk dan diberi alas jerami,
dan segera disortir (grading)
• Bila akan diangkut jarak jauh, buah
perlu diberi alas dan kotak, agar mengurangi kerusakan akibat terbentur,
cacat fisik, untuk konsumsi pasar swalayan.